Top Menu

Newsopini

Ketika Ingin Bunuh Diri, Pelaku Memberikan Sinyal

Redaksi
Selasa, 11 Oktober 2022, Oktober 11, 2022 WAT
Last Updated 2022-10-11T07:28:17Z
Ada banyak pertanyaan terkait munculnya perilaku bunuh, mengapa hal tersebut terjadi dan adakah tanda yang dapat diketahui bahwa seseorang ingin melakukan perbuatan bunuh diri.

Dibanyak referensi psikologi menjelaskan bahwa individu yang ingin melakukan tindakan bunuh diri sebelumnya pelaku memberikan sinyal berupa sering bercerita bahwa dia ingin melakukan bunuh diri atau juga sinyal dimaksud bisa berupa photo atau informasi terkait bersangkutan ingin melakukan bunuh diri.

Bila dapat dipahami dengan baik sinyal yang disampaikan menunjukan bahwa pelaku sebenarnya masih sayang dengan dirinya dan tidak ingin melakukan tindakan bunuh diri dan masih berharap untuk dapat menikmati kehidupan dengan lebih baik sebagaimana yang lainnya.

Dengan sinyal yang disampaikan pelaku dengan bercerita bahwa dia ingin berbagi beban dengan orang-orang terdekatnya kemudian membutuhkan umpan balik atau respon dari mereka terkait rencana pelaku ingin bunuh diri.

Karena sinyal yang disampaikan pelaku tidak dengan segera mendapat respon yang baik membuat pelaku merasa diabaikan atau tidak dihargai sehingga dia menjastis lingkungannya sebagai sosok yang tidak peduli yang kemudian membuatnya menguatkan diri untuk melakukan bunuh diri.

Bila membaca berita yang disampaikan terkait adanya tindakan bunuh yang dilakukan remaja, Selasa (11/10/22), sebelum melakukan bunuh diri pelaku mengirimkan photo atau informasi kepada orang-orang terdekatnya yang menggambarkan yang bersangkutan ingin bunuh diri.

Feed back yang datang terlambat bukan pada saat yang dibutuhkan membuat pelaku bunuh diri merasa diabaikan dan akhirnya memilih bunuh diri untuk menyelesaikan masalahnya. 

Remaja Rentan Melakukan Bunuh Diri

Remaja menjadi kelompok yang rentan melakukan tindakan bunuh diri. Data dan fakta remaja sebagai kelompok rentan melakukan bunuh diri tergambarkan sebagai berikut;

D.MN. Paperny dalam Handbook of Adolescent Medicine and Health Promotion (2011) bahwa fase middle adolescence (14 - 18 tahun) adalah fase yang rentan karena remaja berpikir secara abstrak tapi juga memiliki keyakinan tentang keabadian (immortality) dan kedigdayaan (omnipotence) sehingga mendorong timbulnya perilaku risk taking.

Pernyataan Paperny juga sejalan dengan catatan World Health Organization (WHO) di tahun 2016 yang menyatakan bahwa kematian pada remaja laki-laki maupun perempuan di usia 15-19 tahun salah satunya disebabkan oleh tindakan menyakiti diri sendiri. Dan bunuh diri menjadi penyebab kedua kematian pada mereka yang berusia di antara 15 - 29 tahun.

Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2013, pada remaja usia 15 tahun ke atas, keinginan bunuh diri sebesar 0,8 persen pada remaja laki-laki dan 0,6 persen pada remaja perempuan. Keinginan untuk bunuh diri juga lebih banyak terjadi di daerah perkotaan daripada di desa.

Data Global School-Based Student Health Survey (2015) di Indonesia terhadap 10.837 siswa SMP dan SMA menunjukkan bahwa ide bunuh diri remaja perempuan (5.9 persen) lebih besar dibandingkan remaja laki-laki (4.3 persen). Namun, percobaan bunuh diri pada remaja laki-laki (4.4 persen) lebih tinggi daripada perempuan (3.4 persen).

Data diatas memotivasi berbagai pihak untuk berpaya keras agar di fase remaja dapat diberikan porsi atau ruang yang baik agar remaja dalam tumbukembangnya bisa berjalan maksimal dengan memfasilitasi berbagai hal yang mendorong mereka bisa tumbuh dengan baik.

Membantu Remaja Tangani Masalahnya

Ada banya cara untuk membantu seorang yang rentan melakukan bunuh diri sehingga dengan bantuan tersebut dia bisa tumbuh menjadi remaja yang sehat dan tidak melakukan tindakan negatif seperti perbuatan bunuh diri. Beberapa upaya yang dapat lakukan guna membantu remaj menyelesaikan masalshnya adalah dengan;

1. Tunjukkanlah bahwa kita peduli
 Dengan memberikan kesempatan pada mereka untuk mengungkapkan yang mereka rasakan dan mereka pikirkan itu dapat memberikan rasa lega dan menghilangkan rasa sepi, serta perasaan-perasaan negatif yang terpendam. Saat mendengarkan apa yang sedang dirasakan oleh mereka, sebisa mungkin untuk tidak judgemental dan tunjukan kepeduliannya.

2. Temani mencari bantuan professional
Berikan keyakinan kepada remaja yang memiliki problem pelik, bahwa mereka tidak sendiri, semua orang peduli kepada mereka kemudian bila ada kesulitan mencarikan solusi atas persoalan pelik yang dihadapi oleh remaja tidak ada salahnya menghubungkan mereka dengan profesional.

Demikian, mudah-mudahan ada manfaatnya bagi kita semua, terutama dalam upaya memberikan bantuan kepada anak remaja kita agar tidak melakukan tindakan negatif seperti bunuh diri.

Penulis Firmansyah, S.Psi., M.MKes, Konsultan Psikologi pada Lembaga Konsultasi dan Bimbingan Psikologi "Buah Hati" juga sebagai Koordinator Sub Bagian Komunikasi Pimpinan Setda Dompu dan Anggota Pemuda Panca Marga (PPM) Kabupaten Dompu.

Referensi:
1. https://www.femina.co.id
2. https://student.binus.ac.id

TrendingMore