Top Menu

DompuNews

Abubakar Keluhkan Dampak Buruk Pengeboran PT. STM

Redaksi
Kamis, 01 Mei 2025, Mei 01, 2025 WAT
Last Updated 2025-05-02T05:19:55Z
Dompu,-dikutip dari kmbali1.com, Seorang warga Dusun Ncangga, Desa Hu'u, Kecamatan Hu'u Kabupaten Dompu, Abubakar (52 tahun), menyuarakan keluhannya terhadap dampak buruk aktivitas pengeboran tambang PT. STM di wilayah sekitar sungai yang mengalir ke permukiman warga. 

Dalam wawancaranya dengan wartawan kmbali1.com Kamis, (01/05) kemarin, ia menyoroti pencemaran lingkungan, krisis air bersih, hingga minimnya realisasi janji-janji sosial perusahaan kepada masyarakat setempat.

Menurut Abubakar, lokasi pengeboran tambang berada di sepanjang aliran sungai, dengan puluhan titik yang berdekatan langsung dengan sumber air utama masyarakat. Ia menyebut penggunaan bahan kimia dan oli bekas dari mesin pengeboran mencemari sungai yang dulunya menjadi sumber air bersih bagi warga. “Sekarang musim hujan, air bukan lagi yang datang, tapi lumpur. Cuci kaki saja tidak bisa, apalagi minum,” katanya.

Ia menambahkan bahwa pencemaran tidak hanya dari bahan kimia, tetapi juga dari limbah rumah tangga karyawan tambang seperti bekas mandi, cuci piring, dan toilet yang dibuang langsung ke sungai. “Saya pernah lihat sendiri bersama mantan wakil bupati waktu turun ke camp Wadu Bura,” ungkapnya.

Keluhan masyarakat, menurutnya, sudah sering disampaikan ke pihak PT. STM. Namun, respon yang diterima hanya sebatas janji penanganan tanpa ada realisasi nyata. Bahkan ketika perusahaan mengklaim mendapat penghargaan internasional dalam pengelolaan lingkungan, Abubakar menyebut hal itu hanya omong kosong. “Penghargaan itu tidak pantas diberikan. Faktanya, masyarakat tidak merasakan manfaatnya,” tegas pria paruh baya yang juga adalah ketua kelompok tani di Desa Hu'u itu.

Krisis air juga menjadi masalah serius. Ia menyebut jalur pipa yang dulunya mengalirkan air ke warga kini dialihkan untuk kepentingan pengeboran. “Kalau mereka tidak kerja, air tidak mengalir ke sini. Air hanya untuk kebutuhan mereka,” katanya.

Soal janji-janji sosial seperti lapangan pekerjaan, ia menilai hanya orang-orang yang memiliki koneksi yang mendapatkan keuntungan. 

“Kalau tidak ada orang dalam, jangan harap bisa kerja. Makanya masyarakat sampai blokir jalan biar didengar,” ujarnya.

Abubakar juga menyinggung perubahan lingkungan akibat tambang. Ketua Kelompok tani di So Wadu Me'e ini mengatakan dulu masyarakat Nanggadoro hidup dengan air melimpah dan hasil hutan seperti madu. Kini semuanya hilang. “Kami rugi. Laut tidak ada (ikan_red), gunung hancur, sawah kekurangan air. Tempat mencari nafkah sudah sempit,” katanya lirih.

Di akhir pernyataannya, Abubakar berharap PT STM menepati janji-janjinya dan tidak sekadar menjadikan komitmen menjaga lingkungan sebagai retorika. “Lihat saja di Google, kondisi hutan sudah luluh lantak. Tidak bisa dibohongi,” tutupnya.(LS)

TrendingMore