Top Menu

DompuNews

Berburu "Timbu" Atau Nasi Bambu di Tanah Subur Desa Wawonduru

Redaksi
Sabtu, 30 April 2022, April 30, 2022 WAT
Last Updated 2022-05-01T05:40:27Z
Dompu,-Nasi Bambu atau dalam bahasa Bima-Dompu nya biasa disebut sebagai "Timbu", merupakan salah satu makanan khas bagi warga yang berada di Kabupaten Dompu dan Bima Propinsi NTB.

Siapa yang tidak suka dengan kelezatan makanan khas ini ?

Banyak warga yang berada di Kabupaten Dompu dan Bima khususnya, yang kerap berburu nasi bambu ini. Untuk mendapatkannya, maka warga hanya biasa menemuinya dipasar saja dan itupun jika ada penjualnya.

Karena pada hari biasa, keberadaan nasi bambu sudah mulai agak langka, misalnya di Kabupaten Dompu sendiri, nasi bambu ini hanya bisa dijumpai dikompleks pasar atas dompu saja dan itupun harganya lumayan tinggi berkisar antara Rp. 20.000 hingga Rp. 50.000/satu lonjong dan itupun tergantung dari ukuran besarnya.
Tapi bagi warga yang memang berambisi makan nasi bambu ini maka dia bisa mendapatkan nya pada penjual yang sudah menjadi langganan nya. 

Beda dengan yang dilakukan oleh warga Dusun Bolonduru dan Dusun Tembakolo Desa Wawonduru Kecamatan Woja Kabupaten Dompu NTB ini. Sudah menjadi sebuah kewajiban dan tradisi sejak jaman nenek moyang, jika H-1 Idul Fitri dan H-1 Idul Adha warga dua dusun ini harus beradu kekuatan untuk memproduksi nasi bambu.

Kenapa demikian ? karena membuat nasi bambu jelang lebaran ini merupakan sebuah kewajiban dan sudah menjadi sebuah tradisi dari nenek moyang sejak awal munculnya Dusun induk Bolonduru pada tahun 1977 silam tersebut.
Bagi warga dua dusun ini, mereka tidak capek-capek untuk mencari keberadaan nasi bambu dan harus mengeluarkan duit yang banyak hanya untuk mendapatkannya. Tapi semua warga rata-rata bisa memproduksi nya hanya dengan modal sekitar Rp. 200.000 saja, warga dua dusun ini sudah bisa memproduksi nasi bambu dalam jumlah besar antara puluhan hingga ratusan lonjong nasi bambu. 

Hanya saja nasi bambu yang mereka produksi ini bukan untuk dijual akan tetapi hanya untuk dimakan baik bersama keluarga, tetangga maupun dengan warga setempat bahkan tamu undangan yang datang bertamu saat Idul Fitri.

Mengenai hanya merogoh kocek sekitar Rp. 200.000 ini, maksudnya uang tersebut hanya digunakan untuk membeli beras ketan putih dan hitam saja dalam jumlah kiloan saja serta kelapa tua, sedangkan daun pisang dan bambu hingga pada penyediaan kayu bakar, warga bisa mendapatkan nya dengan mengambil pada pohon pisang milik warga setempat dan kayu bakar cukup diambil dimuara saja dengan menggunakan perahu. 
Apa saja bahannya dan bagaimana cara proses pembuatan nasi bambu ini, berikut rilisan Media Online LINTAS SAMUDERA.com berdasarkan hasil interview dengan pelaku pembuat nasi bambu ?

Siti Sarah istri dari Abakar M. Ali warga Dusun Tembakolo ini mengaku, langkah awal dari pembuatan nasi bambu ini, sebelumnya harus disiapkan bahannya diantaranya bambu sesuai yang diharapkan, kemudian daun pisang yang masih muda dan segar, santan dan ampas kelapa, dan beras ketan serta kayu untuk proses pembakarannya.

Setelah bahan disediakan, kemudian dilanjutkan pada proses pembuatan. Pertama, bersihkan lubang bambu yang telah dipotong tersebut, kemudian masukan daun pisang dalam lubang bambu hingga pada ujungnya dengan menggunakan kayu kecil agar merata, lalu masukan beras ketan putih setengah dulu, kemudian masukan air santan kelapa secukupnya, lalu masukan lagi beras ketan hingga penuh pada bibir bambu dan tutup dengan ampas kelapa.

Setelah semuanya disiapkan, nasi bambu kemudian disimpan dan diatur berderet ditempat pembakaran yang telah di sediakan, kemudian masukan arang yang menyala dekat nasi bambu dengan jarak sekitar 3 centimeter lalu simpan sekitar 1 jam hingga nasi bambu tersebut matang.
Setelah matang dikeluarkan dan disimpan biar dingin dulu sekitar 6 menit, kemudian dikeluarkan dari bambu lalu makan dengan menggunakan beras ketan hitam yang sudah diproses agar terasa lezat.

H-1 Idul Fitri dan Idul Adha, warga Bolonduru dan Tembakolo selalu membakar nasi bambu, apakah ini sebuah tradisi ataukah memang sebuah kebutuhan untuk menyambut ID saja ?

Menurut Nunung Ibrahim bahwa kebiasaan membuat dan membakar nasi bambu H-1 Idul Fitri dan Idul Adha, memang sebuah tradisi yang selalu dijalankan oleh warga dua dusun ini karena ini semua merupakan sebuah warisan dari nenek moyang yang harus dijalankan secara turun temurun oleh warga sendiri dan nasi bambu ini nantinya akan di bagikan pada warga yang memang tidak memproduksinya, sahabat dan keluarga sebagai hadiah lebaran. Bahkan nasi bambu ini juga akan digunakan sebagai makanan saat acara doa syukuran.
Sampai berapa lama nasi bambu yang banyak ini di makan habis ?

Nunung Ibrahim mengaku, dari puluhan hingga ratusan nasi bambu yang diproduksi ini, biasanya warga menghabiskan untuk dikonsumsi sekitar 3 sampai 5 hari saja karena banyaknya nasi bambu ini, tidak hanya dikonsumsi sendiri tapi juga untuk dibagikan pada warga, tetangga, sahabat maupun keluarga yang datang bertamu untuk saling minal aidzin wal Faidzin dalam suasana lebaran saja.

Apa manfaat dari menkonsumsi nasi bambu ini ? 

Menurut Nunung Ibrahim bersama sejumlah orang tua setempat bahwa dengan menkonsumsi nasi bambu ini ada banyak manfaat nya untuk kesehatan tubuh, selain untuk membuat badan segar dan kuat, dengan menkonsumsi nasi bambu juga bisa membuat penyakit yang ada dalam tubuh kita mati karena memang beras ketan itu jika kita konsumsi maka akan membuat badan kita panas sehingga mengkonsumsi nasi bambu ini tidak boleh terlalu banyak tapi harus disesuaikan dengan kondisi dan keinginan kita sendiri."kata pakar pembuat Nasi Bambu ini.(amin)

TrendingMore