Top Menu

Newsopini

Terkait Perilaku Bunuh Diri, Ini Penjelasan Psikolog

Redaksi
Jumat, 17 November 2023, November 17, 2023 WAT
Last Updated 2023-11-17T10:45:03Z
                   foto : ilustrasi

Bunuh diri, kasus yang sempat muncul beberapa waktu lalu kini muncul kembali. Hal tersebut diketahui dari adanya pemberitaan dari sebuah media online, Rabu (15/11/23). Bagaimana perilaku bunuh diri dapat terjadi? 

Menjawab fenomena bunuh diri yang muncul di tengah kehidupan masyarakat, Psikolog Dr. Lalu Yulhaidir, M.Psi yang berpraktek di Lembaga Psikologi Inspirasi Lombok menjelaskan salah satu penyebab diantara banyak penyebab bunuh diri adalah adanya distorsi kognitif pelaku. "Distorsi kognitif memicu keinginan individu (pelaku) melakukan bunuh diri", katanya. 

Dia kemudian menjelaskan distorsi kognitif tersebut sebagai sebuah kerancuan cara berpikir seseorang (pelaku). Adanya ketidakseimbangan mental yang dipicu stressor besar dan juga individu kehilangan harapan membuat pelaku melakukan bunuh diri. 

Berikutnya Psikolog Efan Yudha Winata, M. Psi., seorang Akademika Prodi Psikologi Universitas Teknologi Sumbawa yang dihubungi Rabu (15/11/23) Via Whatsapp menyebutkan bahwa bunuh diri dapat disebabkan oleh mental yang tidak sehat atau biasa disebut dengan depresi. 

Menurutnya Depresi tersebut merupakan gangguan kejiwaan dimana individu mengalami perasaan tidak bahagia atau kemurungan dalam hidup yang terjadi terus menerus.  

Effan kemudian menyebut mengacu pada Diagnostic and Statistic Manual of Mental Disorder Fifth Edition (DSM-5), depresi  yang dimaksud adalah depresi berat (i.e., Major Depression Episode) yang berlangsung selama 14 hari. 

Lanjutnya selama 14 hari, individu yang mengalami depresi berat memiliki beberapa simptom, yaitu; 1). Kehilangan motivasi dalam menjalani aktivitas sehari-hari; dan 2). Kehilangan nafsu makan, gangguan tidur  (i.e., insomnia maupun hipersomnia), agitasi, mudah kelelahan, berkurangnya konsentrasi, merasa tidak berharga, dan adanya ide bunuh diri. 

Ditambahkannya seperti disebutkan sebelumnya, perilaku bunuh diri (baik ide bunuh diri maupun upaya bunuh diri) berkorelasi negatif yang signifikan antara kebahagiaan dan keinginan bunuh diri. 

Kata dia tingkat kebahagiaan yang tinggi dapat mencegah dan mengurangi munculnya ide bunuh diri. Sebaliknya saat kebahagiaan rendah dapat memicu perilaku bunuh diri. 

Lingkungan tempat individu dibesarkan juga menjadi salah satu faktor yang berpengaruh besar terhadap kehidupan dan kebahagiaan individu. 

Beberapa pengalaman selama masa kanak-kanak  bisa mempengaruhi sikap mereka terhadap kehidupan dan kesadaran bawaan. Sebaliknya, aspek menyakitkan di masa kanak-kanak mereka sering kali mengakibatkan keputusan tidak sadar yang mempengaruhi seluruh arah kehidupan. 

"Terkait keadaan dimaksud peran keterikatan orang tua dan dukungan sosial dapat berkontribusi terhadap kebahagiaan, depresi, dan keinginan bunuh diri", ungkapnya. 

Mengantisipasi munculnya ide bunuh diri disebabkan depresi, dokter, psikolog, psikiater, dan beberapa pihak terkait untuk segera memberikan penanganan psikoterapi dan medis apabila melihat adanya tanda-tanda depresi pada individu. 

Selain itu juga untuk mempertimbangkan pendekatan kebahagiaan atau emosi positif dalam melakukan intervensi psikologis dan meningkatkan kesehatan. 

Agar kasus bunuh diri bisa dicegah dan ditanggulangi Psikolog Effan kemudian memberi saran ke pemerintah hendaknya dapat memperhatikan keterlibatan psikolog dan psikiater di tengah masyarakat Pulau Sumbawa. 

"Hal ini berdasarkan pentingnya SDM dan fasilitas kesehatan jiwa dalam mendukung program gerakan masyarakat sehat jiwa di NTB, khususnya Pulau Sumbawa", tutupnya.(***)

TrendingMore