Sumbawa Besar,-Minggu, 17 Agustus 2025 pagi, halaman SMPN 3 Seketeng, Kecamatan Sumbawa, berubah menjadi ruang penuh khidmat. Bendera Merah Putih perlahan naik diiringi lagu kebangsaan, sementara para siswa, pegawai negeri, dan aparat berseragam putih berdiri tegak memberi hormat. Dari barisan depan, seorang pria bersongkok hitam dengan baju batik biru melangkah ke mimbar. Dialah H.L. Zainul Taufiqurrahman, Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Sumbawa, yang dipercaya membacakan doa pada peringatan HUT ke-80 Republik Indonesia.
“Alhamdulillah, dengan peringatan ini kita memiliki semangat baru sekaligus mengenang jasa para pahlawan,” ujarnya usai upacara. “Di KUA, kami berupaya meningkatkan kinerja, mulai dari pembinaan hukum masjid, guru TPQ, hingga majelis taklim.”
Kehadiran KUA, kata Zainul, tak sekadar urusan pencatatan nikah. Kantor ini menjadi garda terdepan dalam menjaga ketahanan keluarga. Sejak beberapa tahun terakhir, setiap calon pengantin di Kecamatan Sumbawa wajib mengikuti bimbingan perkawinan—sebuah program yang memadukan kesiapan mental, pengetahuan, dan kesehatan. Untuk itu, KUA bekerja sama dengan Dinas Kesehatan, BKKBN, hingga puskesmas. “Semua pasangan yang tercatat di KUA wajib mengikuti bimbingan calon pengantin sesuai jadwal pembinaan di wilayah masing-masing,” katanya.
Namun, Zainul sadar, pelayanan harus terus menyesuaikan zaman. Di tengah kesibukan masyarakat, KUA kini merancang bimbingan perkawinan berbasis aplikasi. Tahun depan, jika berjalan lancar, calon pengantin yang tak sempat datang langsung bisa mengikuti konsultasi melalui gawai. “Kami berharap inovasi ini bisa menjawab kebutuhan masyarakat,” ucapnya.
Di luar urusan keluarga, KUA Kecamatan Sumbawa juga aktif membina masyarakat lewat majelis taklim, lembaga pendidikan agama, dan program kerukunan. Zainul menekankan bahwa KUA tak bekerja sendirian. Mereka berkolaborasi dengan MUI Kecamatan, Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), hingga Badan Kontak Majelis Taklim. “Penting untuk saling mengisi dan memperkuat peran,” katanya.
Di penghujung wawancara, Zainul menyampaikan pesannya: syukur atas kemerdekaan tak cukup dengan seremoni tahunan. Syukur harus diisi dengan pengabdian nyata, iman, dan takwa. “Kami di Kementerian Agama mengimbau masyarakat agar mengisi kemerdekaan dengan keikhlasan melayani, demi bangsa yang semakin maju,” ujarnya.
Upacara 17 Agustus itu pun usai. Namun gema doa Kepala KUA Sumbawa pagi itu seakan mengingatkan: kemerdekaan bukan sekadar bebas, melainkan juga tanggung jawab menjaga iman, keluarga, dan kebersamaan.
Kehadiran Kepala KUA dalam upacara HUT RI ke-80 menunjukkan sinergi antara lembaga agama dan pemerintah daerah, sekaligus menanamkan nilai-nilai kebangsaan, kerukunan, dan pendidikan karakter bagi generasi muda Sumbawa. Suasana pagi itu tidak hanya khidmat, tetapi juga menegaskan peran aktif KUA dalam kehidupan sosial dan keagamaan masyarakat. (bgs)