BENCANA banjir bandang yang melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Dompu NTB pada Jumat (20/12/24) kemarin hingga disusul lagi oleh munculnya banjir susulan yang terjadi beberapa kali, ternyata menyisahkan duka mendalam bagi korban.
Siapa sangka dari bencana ini justeru membawa banyak kerugian yang di alami oleh korban baik tingkat kerusakan pada rumah akibat hantaman arus banjir hingga terjadi kehilangan barang berharganya setelah terseret banjir. Kenapa demikian, karena korban belum sempat mengevakuasi barang berharga miliknya ke tempat yang aman karena banjir langsung masuk menerobos pemukiman warga.
Tidak hanya barang berharga, bahkan ada sejumlah korban banjir yang ikut terseret arus bersama kediamannya, beruntung kedua korban yang merupakan pasutri warga Desa Sori Tatanga Kecamatan Pekat itu bisa selamat dari ganasnya terjangan banjir.
Semuanya bisa kita bayangkan, betapa sedih bercampur takutnya saudara kita yang menjadi korban ketika berperang melawan ganasnya banjir agar bisa keluar demi menyelamatkan nyawanya, sungguh menyedihkan.
Pasca banjir terjadi, korban terdampak yang masih menyimpan rasa takut dan trauma akan ganasnya banjir bandang, justeru kembali dihadapkan dengan rasa lelah yang teramat. Korban harus membersihkan lumpur tebal dan limbah kayu yang ada baik dalam rumah maupun di halamannya. Dua material itu merupakan hasil produksi banjir bandang sendiri.
Pertanyaannya, dari mana lumpur tebal dan limbah kayu itu berasal ?
Hal ini harus dibedah secara seksama bahwa sumber lumpur tebal itu berasal dari tanah gunung yang terkikis akibat hantaman arus banjir, begitu pula dengan limbah kayu. Sudah jelas bahwa lumpur tanah dan limbah kayu itu sama-sama bersumber dari gunung karena limbah kayu merupakan hasil dugaan pembalakan liar diatas gunung, sehingga batang kayu tersebut menjadi limbah sungai yang kemudian terbawa oleh arus banjir dan leluasa menyandar dipemukiman warga.
Jika demikian, siapa yang akan merasakan dampak dari dugaan pembalakan liar tersebut ? Sudah jelas semuanya akan berdampak pada warga yang menetap disekitar bantaran sungai.
Sebelumnya, sekitar 15 tahun yang lalu, pegunungan di Kabupaten Dompu NTB dijuluki sebagai pegunungan yang sangat kaya akan pepohonan yang sangat rindang. Hal itu sudah terlihat oleh mata kepala kita semua. Namun beberapa tahun terakhir, pepohonan yang hijau dan rindang yang berdiri tegak itu justeru ditebang habis oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab sehingga membuat sejumlah pegunungan menjadi gundul.
Aksi dugaan pembalakan liar itu kian hari semakin merajalela tanpa ada pihak terkait yang memberikan larangan keras. Atas peristiwa itu, kita mau salahkan siapa ? Jawabannya ada pada benak kita semua.
Banyak yang berpendapat bahwa banjir itu muncul sejak jaman nenek moyang kita, jawabannya memang sangat benar tapi bencana banjir saat gunung masih hijau justeru tidak sehebat ini karena banyak orang berpendapat bahwa pepohonan yang ada digunung maupun dihutan dipercaya mampu menyerap air banjir sehingga luapan banjir disungai tidak terlalu dahsyat seperti sekarang ini.
Muncul juga pengakuan banyak warga bahwa pasca dugaan perambahan hutan dan gunung ini, debit air banjir justeru sangat tinggi sehingga luapannya sangat bebas hingga mampu menjebol dan menyeret rumah warga.
Kita semua menyadari bahwa gunung, hutan dan laut yang ada diwilayah Kabupaten Dompu ini milik kita bersama yang harus dijaga secara bersama-sama pula akan kelestariannya, namun kenapa gunung dan hutan justeru diganggu dan dirusak kelestariannya.
Kalau bukan kita terus siapa lagi yang akan menjaga semua itu.***