Foto: Sembilan orang berdiri berbaris di tepi Pantai Sasawi, menuntun 38 tukik kecil menuju laut lepas. Aksi simbolik ini menjadi langkah awal PT INCA Nusa Aquaculture dalam upaya pelestarian penyu di pesisir Lunyuk.
Sumbawa, NTB — Sore di Pantai Sasawi, langit keemasan memantul di permukaan air yang tenang. Di tepi pantai, sembilan orang berdiri berbaris di balik garis pasir yang dibuat rapi. Di tangan mereka, 38 ekor tukik—anak penyu—bergerak pelan menuju ombak Samudra Hindia.
Mereka bukan wisatawan, melainkan perwakilan PT INCA Nusa Aquaculture, BKSDA, dan warga sekitar Desa Emang Lestari, Kecamatan Lunyuk. Kegiatan yang digelar Sabtu (11/10/2025) sore itu menjadi simbol awal dari komitmen perusahaan tambak udang modern di pesisir selatan Sumbawa untuk menjaga harmoni antara industri dan alam.
“Kita ambil dari sumber resmi, dari penangkaran Mone di Desa Talonang Baru, Kecamatan Sekongkang, Sumbawa Barat. Penangkaran itu di bawah pengawasan BKSDA,” ujar Gun Gun M.S., perwakilan perusahaan, yang didampingi M. Nur, humas PT INCA Nusa Aquaculture yang akrab disapa Riki.
Tambak yang dikelola PT INCA berdiri di kawasan Sampar Goal 1, Desa Emang Lestari. Lahan yang dikelola seluas sekitar 40 hektare, menjadikannya salah satu investasi penting di sektor perikanan budidaya di Kabupaten Sumbawa.
Meski sempat beredar kabar bahwa tambak ini disebut sebagai yang terbesar di Indonesia, Riki menepis anggapan itu.
“Mohon maaf, bukan yang terbesar, karena ada perusahaan tetangga yang lahannya lebih luas, sekitar 60 hektare. Kami lebih menekankan pada penerapan sistem modern dan efisien dalam pembangunan tambak ini,” jelasnya.
Proyek pembangunan yang telah berjalan sejak beberapa tahun terakhir kini mendekati tahap akhir.
“Insya Allah, Maret 2026 kami sudah bisa beroperasi penuh,” kata Gun Gun optimistis.
Kegiatan pelepasan tukik menjadi langkah awal program tanggung jawab sosial (CSR) perusahaan di bidang lingkungan.
“Tahap awal kami pelepasan tukik, ke depan kami akan membangun penangkaran penyu bersama masyarakat, dibimbing langsung oleh pihak BKSDA,” ujar Gun Gun.
Menurutnya, perusahaan ingin menjadikan kegiatan konservasi ini berkelanjutan, bukan hanya acara simbolik. Selain itu, warga sekitar tambak juga mulai dilibatkan dalam kegiatan sosial dan perekrutan tenaga kerja.
“Kami libatkan masyarakat sekitar. Mereka ikut berpartisipasi langsung, bukan hanya penonton,” tegasnya.
Pihak perusahaan memastikan proyek tambak telah mengantongi seluruh izin lingkungan dan dokumen AMDAL.
“Tidak mungkin kami membangun tanpa izin. Itu syarat utama. Tanpa izin, proyek tidak bisa jalan,” ujar Gun Gun.
Menurutnya, setiap proses pembangunan dilakukan sesuai ketentuan hukum dan tetap memperhatikan daya dukung lingkungan pesisir Lunyuk.
Tambak udang di Sampar Goal menjadi bagian dari denyut ekonomi baru di selatan Sumbawa.
Namun keberlanjutannya ditentukan oleh bagaimana industri memperlakukan alam di sekitarnya.
Kegiatan pelepasan 38 tukik di Pantai Sasawi mungkin tampak sederhana, namun bagi mereka yang hadir, itu adalah pengingat bahwa kemajuan ekonomi harus berjalan seiring dengan kelestarian alam.
Saat senja turun dan ombak mulai meninggi, tukik-tukik kecil itu merayap menuju laut. Dalam setiap jejak di pasir, tersimpan harapan agar mereka kelak kembali—ke pantai yang sama—melanjutkan siklus kehidupan yang kini dijaga bersama manusia dan laut. (bgs)