Top Menu

DaerahNews

Menjaga Hijau dari Brang Lamar: Desa Emang Lestari Bangun Demplot CSR Amman Mineral

Redaksi
Senin, 20 Oktober 2025, Oktober 20, 2025 WAT
Last Updated 2025-10-21T00:33:01Z
Foto: Kegiatan penanaman simbolis di lahan demplot KTH Brang Lamar, Desa Emang Lestari

Sumbawa, NTB — Dua pekan setelah kegiatan penanaman simbolis di lahan berbukit Dusun Brang Lamar, Desa Emang Lestari, Kecamatan Lunyuk, Kepala Desa Deni Murdani, S.P., baru sempat menarik napas lega. Di ruang kerjanya yang sederhana, Senin siang (20/10/2025), ia menceritakan bagaimana program kecil yang dimulai dari lima hektare tanah kering itu perlahan menumbuhkan harapan baru bagi warganya.

“Ini program yang menarik dan bermanfaat,” kata Deni membuka pembicaraan. “Selain untuk penghijauan, hasilnya nanti bisa menjadi sumber ekonomi warga.”

Program yang dimaksud Deni adalah demplot penanaman pohon kayu keras dan produktif hasil kerja sama antara PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) dengan Kelompok Tani Hutan (KTH) Brang Lamar. Kegiatan ini merupakan bagian dari program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) di sektor lingkungan.

Sebelum turun ke lapangan, para anggota KTH mengikuti bimbingan teknis (bimtek) yang digelar di kantor desa. Kegiatan ini diikuti sekitar 20 peserta yang terdiri dari anggota kelompok, perwakilan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Brang Beh, serta perangkat desa. Seusai pelatihan, mereka menuju lokasi tanam untuk menandai dimulainya program dengan penanaman simbolis.

Lahan yang dijadikan demplot terbentang di kawasan Brang Lamar, seluas sekitar lima hektare. Di lahan itu ditanam sekitar 500 batang pohon yang terdiri dari mangga, kemiri, dan alpukat. Menurut Deni, tiga jenis tanaman itu dipilih berdasarkan hasil kajian dari Konsepsi, lembaga konsorsium yang bermitra dengan Amman Mineral dan KPH Brang Beh.

“Lahan sudah melalui kajian kelayakan. Saat kami lihat, kondisinya cukup bersih dan cocok untuk kayu keras,” ujar Deni.

Inisiatif penanaman ini, lanjutnya, berawal dari aspirasi warga Brang Lamar melalui KTH, yang kemudian disambut baik oleh pemerintah desa dan difasilitasi oleh pihak KPH. Pemerintah desa memberi lampu hijau agar kegiatan diarahkan pada lahan yang paling potensial. “Kami hanya mendorong agar dilakukan di tempat yang terbaik,” kata Deni.

Kegiatan penanaman perdana itu dihadiri tim dari Amman Mineral dan KPH Brang Beh. Namun, belum tampak pendampingan dari dinas teknis seperti Dinas Lingkungan Hidup atau Dinas Pertanian. Menurut Deni, tahap lanjutan penanaman massal akan dilakukan saat musim hujan tiba. “Yang kemarin itu masih simbolis,” jelasnya.
Foto: Wawancara dilakukan bersama Kepala Desa Deni Murdani di ruang kerjanya, Senin (20/10/2025) siang.

Deni tak hanya melihat program ini dari sisi lingkungan. Ia juga membaca peluang ekonomi yang terbuka lebar. Harga kemiri di pasaran saat ini, sebutnya, berkisar antara Rp15.000–20.000 per kilogram untuk biji bercangkang, dan bisa mencapai Rp30.000 jika sudah dikupas. Sementara mangga di tingkat petani bisa dijual borongan sekitar Rp1 juta per pohon dalam satu musim panen. Adapun alpukat, kini banyak diburu pasar lokal dengan harga Rp25.000–30.000 per kilogram.

“Kalau melihat dari potensi hasil, sangat menjanjikan ke depan,” ujar Deni optimistis.

Lebih dari sekadar menanam pohon, Deni berharap kegiatan ini menjadi model sinergi antara perusahaan, masyarakat, dan pemerintah desa dalam menjaga sumber daya alam sekaligus memperkuat ekonomi lokal. Ia juga mengusulkan agar program CSR ke depan tidak berhenti di bantuan bibit.

“Kami berharap juga ada dukungan lain seperti alat pertanian, akses jalan, dan pelatihan SDM,” katanya. “Kalau ada pendampingan rutin, hasilnya pasti lebih maksimal.”

Deni membayangkan, suatu hari nanti, lahan Brang Lamar yang kini gersang itu akan berubah menjadi kawasan hijau produktif yang menahan erosi, melindungi sumber mata air, dan bahkan menjadi wisata buah desa. “Bayangkan kalau nanti pengunjung bisa datang langsung memetik mangga dan alpukat dari pohonnya sendiri,” ujarnya sambil tersenyum. (jun/bgs)

TrendingMore