Sumbawa Besar, NTB-Siang itu, Rabu (29/10/2025), di ruang pertemuan Hotel Neo Garden Sumbawa Besar, Gubernur Nusa Tenggara Barat Dr. Lalu Muhamad Iqbal mengenakan kemeja putih sederhana. Ia duduk berdampingan dengan Iwan Firmansyah, Ketua Forum Komunikasi Perkumpulan Petani Pemakai Air (FKP3A) Provinsi NTB — sosok yang selama ini menjadi jembatan aspirasi para pengelola irigasi di daerah. Suasana pertemuan tampak hangat, namun di balik sapaan itu mengalir makna penting: komitmen memperkuat kelembagaan petani air yang lama terpinggirkan.
“Salam hormat, salam hangat, dan salam membangun NTB untuk kita semua,” ucap Gubernur NTB Dr. Lalu Muhamad Iqbal — yang akrab disapa Mik Iqbal — dalam video singkat yang direkam menggunakan ponsel milik Ketua FKP3A, Iwan Firmansyah.
Ia kemudian menyampaikan permohonan maaf atas tertundanya audiensi beberapa waktu terakhir. “Bukan karena saya tidak mau, tapi karena situasi yang tidak memungkinkan,” ujarnya, disambut anggukan dari Iwan Firmansyah.
Dalam kesempatan itu, Gubernur NTB Mik Iqbal memerintahkan langsung kepada protokol untuk menjadwalkan audiensi resmi dengan Forum P3A paling lambat bulan November ini. Ia juga menegaskan kesediaannya menjadi pembina, penasihat, sekaligus pengarah utama FKP3A NTB — sebuah langkah politik air yang jarang muncul di tengah padatnya agenda pembangunan provinsi.
Iwan Firmansyah menilai pertemuan tersebut sebagai awal kebangkitan kelembagaan pengelola irigasi di NTB. “Ini menunjukkan keseriusan Gubernur dalam memaksimalkan pengelolaan sumber daya air dan memperkuat kapasitas kelembagaan pengelola irigasi guna menuju NTB swasembada pangan yang mendunia,” ujarnya kepada Lintas Samudra, melalui sambungan telepon, Minggu (2/11/2025) malam.
Ia menambahkan, selama ini lembaga pengelola irigasi di tingkat kabupaten dan desa berjalan dengan keterbatasan; banyak pengurus bekerja tanpa dukungan regulasi maupun pengakuan formal. Karena itu, komitmen Gubernur Iqbal untuk menjadi pembina utama dinilai sebagai angin segar setelah sekian lama aspirasi mereka tak terjawab.
Sebagai tindak lanjut, kata Iwan, pihaknya telah diagendakan untuk melakukan audiensi resmi di Kantor Gubernur NTB paling lambat bulan November. Dalam pertemuan itu, mereka akan membahas langkah-langkah teknis penguatan kelembagaan serta peningkatan kapasitas pengelola irigasi di seluruh kabupaten. “Pak Gubernur sudah menyatakan kesediaannya menjadi penasihat, pelindung, sekaligus pengarah bagi kami,” jelasnya.
Di akhir pertemuan di Sumbawa, Gubernur Iqbal menepuk bahu sang Ketua Forum — gestur sederhana yang sarat makna. Bagi para petani irigasi, pertemuan itu bukan sekadar seremoni politik, melainkan titik tolak untuk mengalirkan kembali harapan tentang kesejahteraan dan kedaulatan pangan dari hulu ke hilir.
Air mungkin tampak sederhana, tetapi di balik setiap alirannya tersimpan denyut kehidupan ribuan petani NTB. Dari ruang kecil di Sumbawa itu, sebuah komitmen lahir: bahwa pembangunan tak bisa hanya diukur dari beton dan bendungan, tetapi juga dari seberapa kuat pemerintah dan petani berjalan beriringan menjaga sumber kehidupan mereka. Jika janji itu ditepati, NTB bukan hanya menanam padi dan jagung — tapi juga menanam kepercayaan. demikian. (bgs)
