Top Menu

nasionalNews

Harga Minyak Dunia Turun, Ini Alasan BBM Subsidi Malah Naik !

Redaksi
Minggu, 04 September 2022, September 04, 2022 WAT
Last Updated 2022-09-05T04:54:37Z
Jakarta,-Dikutip dari CNBC Indonesia, Harga minyak mentah dunia memang tercatat terus melandai sejak pertengahan Agustus lalu, namun penurunan harga minyak saja dinilai belum cukup untuk menekan beban subsidi BBM.

Melansir data Refinitiv, pekan ini saja harga minyak mentah jenis brent melemah 7,89% menjadi US$ 93,02/ barel secara point-to-point. Sedangkan yang jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) pekan ini harganya ditutup di US$ 86,87/barel atau melemah 6,65% dalam sepekan.

Harga minyak mentah dunia sebenarnya sudah bergerak turun secara signifikan sejak awal Juli saat isu resesi menguat. Rata-rata harga minyak mentah Indonesia/ICP yang ditetapkan Kementerian ESDM pun sudah turun dari US$117,62 per barel pada Juni 2022 menjadi US$106,73 per barel pada Juli. Hitungan ICP yang lebih rendah ini akan menjadi patokan dalam besaran subsidi.

BBM Subsidi Kenapa Tetap Naik?

Kenaikan harga BBM subsidi di tengah pelemahan harga minyak global terjadi karena potensi membengkaknya subsidi yang dibayarkan pemerintah apabila harga Pertalite dan Pertamax terus ditahan oleh pemerintah.

Sejatinya, kenaikan harga BBM subsidi telah lama terlihat dari fluktuasi harga minyak mentah dunia. Pemerintah bahkan telah menyesuaikan asumsi APBN terhadap Indonesian Crude Price (ICP) dari sebelumnya US$ 63/barel menjadi US$ 100/barel. Asumsi nilai tukar ditetapkan Rp 14.700/US$, dan volume pertalite diperkirakan akan mencapai 29 juta kiloliter serta volume solar bersubsidi mencapai 17,44 juta kiloliter.

Penyesuaian asumsi ICP tersebut juga membuat anggaran belanja subsidi dan kompensasi energi ikut mengalami kenaikan.

Sebelumnya, melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 98 Tahun 2022, pemerintah telah menaikkan anggaran subsidi dan kompensasi energi menjadi tiga kali lipat. Subsidi BBM dan elpiji naik dari Rp 77,5 triliun menjadi Rp 149,4 triliun serta subsidi listrik dari Rp 56,5 triliun menjadi Rp 59,6 triliun. Sementara, kompensasi untuk BBM dari Rp 18,5 triliun menjadi Rp 252,5 triliun serta kompensasi untuk listrik naik dari Rp 0 menjadi Rp 41 triliun.

Sehingga total subsidi dan kompensasi untuk BBM, elpiji, listrik itu mencapai Rp502,4 triliun, seperti yang disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani.

Meski anggaran subsidi telah naik signifikan, nyatanya pasar energi yang masih panas membuat subsidi tersebut tetap akan membengkak signifikan, menurut perhitungan Kementerian Keuangan.

"Kami terus mengalami perhitungan dengan harga ICP yang turun ke US$ 90 sekalipun maka subsidi masih akan besar," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melalui akun Youtube Sekretariat Presiden.

Menurutnya meski harga ICP menjadi US$ 90, subsidi berada masih berada di US$ 98,9. Selanjutnya jika turun di bawah US$ 90 sekalipun, maka rata-ratanya adalah US$ 97.

Dengan perhitungan tersebut, menurut Menkeu, angka kenaikan subsidi dari Rp 502 triliun masih akan tetap naik. Subsidi akan naik menjadi Rp 653 triliun jika harga ICP adalah rata-rata US$ 99/barel. Sedangkan jika harga ICP sebesar US$ 85/barel sampai Desember 2022 maka kenaikan subsidi menjadi Rp 640 triliun.(LS)

TrendingMore